ilustration by: Andyrochim |
“ada waktu ketika imajinasi, mimpi-mimpi, rencana-rencana, datang begitu aja kayak banjir bandang. Kalau kejadiannya kayak gini, tangkaplah dengan tulisan” - @fayanuar
25 Desember 2012, saat itu saya sempat terdiam, saat melihat sebuah kalimat pendek dari seorang rekan di linimasa di salah satu jaringan sosial yang menggunakan burung biru kecil sebagai ikonnya, semacam menyesal.
Beberapa hal ada
yang terlambat, sehingga saya kehilangan momentum yang terlewat begitu saja.
Moment dan kejadian yang sebenarnya bisa saya abadikan, buah kecil pemikiran
atau ide-ide cemerlang yang jika diungkapkan (siapa tahu) akan memberikan suatu
perubahan kecil, bahkan besar. Atau mungkin, imajinasi-imajinasi yang
sebenarnya akan lebih indah jika tidak hanya dinikmati seorang diri, tetapi
juga dengan berbagi.
Blog, wadah
penyalur inspirasi diri. Yah, setidaknya itu menurut saya. Ada banyak tipe
manusia dalam bersosialisasi, sama halnya seperti empat jenis karakteristik
manusia. Sanguinis dengan
kepopulerannya, Korelis yang kuat, Plagmatis si cinta damai, dan Melankolis yang selalu ingin sempurna.
Ada manusia dengan tipe senang berbicara dan mengungkapkan argumentnya tanpa
melihat situasi dan berkomentar di setiap kesempatan. Ada juga tipe yang lebih
senang diam, mengalir apa adanya, namun bergejolak dalam pikiran dan hatinya. Walaupun
ketika dibutuhkan ide kreatifnya, tipe ini tetap memilih diam dan ikut-ikut
saja.
Saya? Entahlah,
mungkin saya termasuk tipe yang kedua! Hingga saat itu saya tersadar, saya akan
menghidupkan kembali blog lama saya dan mencoba untuk menulis kembali sebagai
pengalihan untuk hal-hal yang kurang positif tadi. Alasannya sederhana, saya hanya ingin bersuara, bercerita, dan
menuangkan ide serta imajinasi saya.
Saya ingin seperti mereka
Karena bagi saya iri bukanlah penyakit hati,
melainkan motivasi
Sebenarnya blog
ini dibuat pada Desember 2011 lalu. Teringat dahulu, motivasi awal saya saat membuat
blog ini dulu adalah karena iri. Ya, sifat iri saya muncul setelah melihat
tulisan-tulisan hebat dari calon buah pemikir, teman-teman saya, rekan saya,
dan sahabat saya. Saya ingin seperti mereka, yang bisa membuat tulisan-tulisan
yang kreatif, original, sebagian membangun, dengan penggunaan diksi yang tepat.
“Toh tidak ada
alasan bagi saya untuk tidak bisa membuat tulisan seperti mereka”, pikir saya
saat itu dalam hati dengan penuh kepongahan berbalut apologi.
Oke lah kalo begitu! Siapa takut?
Sesaat setelah
blog ini online saya dihinggapi kecemasan. Kepongahan tadi pun perlahan-lahan
memuai, lenyap tak berbekas. Mungkin saya terlalu bersemangat membuat blog
tanpa memikirkan apa yang akan ditulis di blog ini. Hasilnya, blog ini
terbengkalai tanpa satu posting pun selama berbulan-bulan.
Saya bukan penulis dan memang tidak pandai menulis, saya tidak tahu mau mengisi blog saya dengan apa, jadi beginilah hasilnya.
Coretan dan Canvas
“elu jago gambar kan? Kenapa gak elu posting aja
karya-karya lu di blog lu? daripada kosong melompong begitu”
Seorang teman
yang tidak mau disebut namanya, kita sebut saja Papin (nama samaran), nama
sebenarnya adalah Muhammad Pranasa Aranta Syaiful Dinar, nama yang cukup
panjang memang, berkata seperti itu
kepada saya. Mungkin dia satu-satunya
orang yang terus mendorong saya untuk mencoba menulis, atau lebih tepatnya
membuat blog saya minimal terisi. Papin memang cukup berbakat dalam menulis,
dia terbiasa menulis blog dengan kalimat yang panjang dan berusaha mengikuti
kaidah bahasa Indonesia yang baik dan tidak selalu benar juga tetap memaksakan
unsur humor di dalamnya.
Lalu apa hubungannya coretan canvas dengan papin?
Tidak ada.
Saya mengambil
nama untuk blog ini coretan-canvas tidak lain dan tidak bukan adalah karena
hobi saya, menggambar. Di kala bosan, terkadang jemari ini lebih memilih pensil,
sekedar untuk mencoret-coret, melukiskan momen dan merapikan
kenangan pada buku sketsa. Hanya bermodalkan sebatang pensil dan selembar
kertas, saya bisa berekspresi, mengaktualisasikan imajinasi, lalu berbagi, itulah
seni.
Saya berharap blog ini bisa menjadi pengganti canvas untuk saya, yang menjadi media bagi saya untuk berkarya, berbicara tentang rasa, mengungkapkan makna, dan memberikan ruang untuk bercerita. Tidak akan ada lagi moment dan kejadian yang terlewatkan untuk diabadikan.
Tulisan dan
gambar adalah aktualisasi perasaan mendalam dari penulis maupun pelukisnya.
Namun, dibandingkan tulisan, mungkin saya lebih memilih sketsa. Sebuah titik
pada sebuah tulisan memiliki arti beda dengan titik pada sebuah lukisan. Begitu
pula dengan garis, lengkungan, dan juga lingkaran. Dan mungkin untuk kedepannya, sesuai saran dari
papin, blog ini akan lebih banyak saya
isi dengan sketsa dibandingkan
dengan tulisan.
Walaupun begitu,
saya akan tetap mencoba untuk terus menulis. Mungkin tulisan yang dihasilkan nanti
tidak akan sebaik dan sehebat tulisan teman-teman saya yang unik,
kritis, edukatif, inspiratif, serta membangun. Saya masih harus lebih banyak belajar lagi. Saya tahu itu, karena saya memang tidak pandai
menulis.
...
jika suaramu tidak terdengar, sampaikanlah dengan tulisan. Maka diam akan terdengar lebih jelas dan lantang
Aih, ada nama gua di postingan ini :3
ReplyDeleteah masa sih? ko saya tidak melihat "MPASD" di tulisan saya ya? hhaha
ReplyDelete